Kamis, 16 April 2009

Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu-lagu Ungu : (Kajian Stilistika)

Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu-lagu Ungu :

(Kajian Stilistika)

Oleh Ermi Adriani M

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Sastra adalah institusi sosial yang menggunakan medium bahasa (Wellek & Warren dalam Najid, 2003:9). Karya sastra sebagai hasil kreasi pengarang (Aminuddin, 1995:49).

Genre sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sastra imajinatif dan nonimajinatif. Dalam praktiknya sastra nonimajinatif terdiri atas karya-karya yang berbentuk esei, kritik, biografi, otobiografi, dan sejarah. Yang termasuk sastra imajinatif ialah karya prosa fiksi (cerpen, novelet, novel atau roman), puisi (puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik), dan drama (drama komedi, drama tragedi, melodrama, dan drama tragikomedi), (Najid, 2003:12).

Lirik lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2003:678). Jadi lirik sama dengan puisi tetapi disajikan dengan nyanyian yang termasuk dalam genre sastra imajinatif.

Setiap lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada masyarakat sebagai pendengarnya. Lagu berisi barisan kata-kata yang dirangkai secara baik dengan gaya bahasa yang menarik oleh komposer dan dibawakan dengan suara indah penyanyi. Penelitian ini menganalisis lirik lagu-lagu Ungu karena memiliki kemenarikan liriknya yang bervariasi.

Dalam penelitian ini akan diteliti mengenai gaya bahasa yang terkandung pada lirik lagu-lagu Ungu ditinjau dari kajian stilistika. Penelitian ini ditinjau dari kajian stilistika yang berkaitan dengan gaya yang meliputi konsep-konsep tentang pilihan leksikal seperti pengunaan bahasa daerah, bahasa asing, mengenai ungkapan dan majas (Nurgiyantoro dalam Sarjiyanto, 2004:8).

2. Permasalahan

Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah penelusuran tentang :

1) Apakah wujud gaya bahasa dalam lirik lagu-lagu Ungu?

3. Tujuan Penelitian

1) Menganalisis wujud gaya bahasa dari lirik lagu-lagu Ungu dengan mendeskripksikan fakta berupa liriknya dan mengidentifikasi gaya bahasa yang sesuai.

4. Manfaat Penelitian

1) Menambah wawasan tentang stilistika berkaitan dengan analisis lirik lagu-lagu Ungu.

2) Membuat masyarakat pecinta Ungu lebih memahami gaya bahasa dalam lirik lagu-lagu Ungu.

3) Membantu masyarakat penikmat musik lebih kritis menanggapi lagu-lagu Ungu.

5. Batasan Istilah/Kata Kunci

Gaya bahasa adalah pengungkapan ide, gagasan, pikiran-pikiran seorang penulis yang meliputi hierarki kebahasaan yaitu kata, frasa, klausa, bahkan wacana untuk menghadapi situasi tertentu (Rahayu, 2005:11).

Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas citraan, pola rima, matra yang digunakan sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra. Jadi majas merupakan bagian dari gaya bahasa (Sudjiman dalam Fillaili, 2007:14). Majas merupakan peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiah (Sudjiman dalam Fillaili, 2007:13). Gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati pengarang (Slamet Mujana dalam Pradopo dalam Sowikromo, 2007:7).

Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2003:678). Lagu adalah berbagai irama yang meliputi suara instrumen dan bernyanyi dan sebagainya, nyanyian, tingkah laku, cara, lagak (KBBI, 2003:401). Lagu adalah ragam suara yang berirama, nyanyian, ragam, nyanyi, dan tingkah laku (KBBI, 2003:624). Lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan (Ensiklopedia Indonesia dalam Fillaili, 2007:10).

Lirik lagu terbentuk dari bahasa yang dihasilkan dari komunikasi antara pencipta lagu dengan masyarakat penikmat lagu sebagai wacana tulis karena disampaikan dengan media tulis pada sampul albumnya dapat juga sebagai wacana lisan melalui kaset. Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dari dalam batinnya tentang sesuatu hal baik yang sudah dilihat, didengar maupun dialami. Lirik lagu memiliki kekhususan dan ciri tersendiri dibandingkan dengan sajak karena penuangan ide lewat lirik lagu diperkuat dengan melodi dan jenis irama yang disesuaikan dengan lirik lagu (Fauzi, 2006:3).

Ungu adalah salah satu band Indonesia yang namanya ada di urutan atas band-band atas dan lagu-lagunya sudah populer dikalangan anak muda khususnya.

Stilistika berkaitan dengan gaya (style). Gaya dalam kaitan ini tentu saja mengacu pada pemakaian atau penggunaan bahasa dalam karya sastra. Stilistika merupakan kajian terhadap wujud performansi kebahasaan khususnya dalam karya sastra. Analisis stilistika dimaksudkan untuk menerangkan sesuatu yang pada umumnya pada dunia kasastraan untuk menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dari maknanya (Wellek & Warren dalam Sarjiyanto, 2004:8).

Stilistika kesusastraan merupakan metode analisis karya sastra. Stilistika meliputi konsep-konsep tentang pilihan leksikal seperti pengunaan bahasa daerah, bahasa asing, mengenai ungkapan dan majas (Nurgiyantoro dalam Sarjiyanto, 2004:8). Stilistika mengkaji cara sastrawan memanipulasi dengan arti memanfaatkan unsur dan kaidah yang terdapat dalam bahasa dan efek yang ditimbulkan oleh penggunaannya itu (Sudjiman dalam Sarjiyanto, 2004:10). Jadi stilistika adalah kajian terhadap karya sastra yang berpusat pada pemakaian bahasa.

B. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

1. Kajian Pustaka

Penelitian sebelumnya tentang gaya bahasa yang relevan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Choirul Asyhar dalam skripsinya berjudul “Gaya Bahasa dan Fungsi Bahasa dalam Lagu Permainan Anak di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo” 2007. Masalah yang dibahas adalah bagaimana gaya bahasa dan fungsi bahasa dalam lagu permainan anak di kecamatan Krian kabupaten Sidoarjo.

Penelitian yang relevan lainnya dilakukan oleh Diana Yusuf dalam skripsinya yang berjudul “Diksi dan Gaya Bahasa dalam Antologi Geguritan Medhitasi Alang-alang karya Widodo Basuki (Kajian Stilistika) 2005. Masalah yang dibahas adalah bagaimana penggunaan diksi dan gaya bahasa dalam antologi geguritan medhitasi Alang-alang karya Widodo Basuki.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Vinna Reindah Sowikromo dalam skripsinya “Gaya Bahasa dalam Puisi Lery Hermann Hesse” 2007. Pernah juga dilakukan oleh Elisa Nugraheni dalam skripsinya yang berjudul “Diksi dan Gaya Bahasa lirik lagu Ebiet. G. Ade” 2004. Penelitian dalam skripsi “Analisis Wacana Kumpulan Lirik Lagu Nasyid Taqwa karya Hawari (Tinjauan Aspek Gramatikal)” 2006 oleh Achmat Fauzi.

Penelitian sebelumnya tentang kajian stilistika yang relevan pernah dilakukan oleh Agus Sarjiyanto dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Stilistika Kumpulan Cerpen Lebaran di Karet, di Karet karya Umar Kayam” 2004. Masalah yang dibahas adalah bagaimana penggunaan pilihan leksikal yang berupa unsur bahasa daerah, bahasa Inggris, ungkapan, dan majas dan efek atau makna yang didukung dalam kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di Karet.

Penelitian yang relevan lainnya dilakukan oleh Yessi Malesi dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Stilistika Novel Supernova 1 : Ksatria Putri dan Bintang Jatuh karya Dewi Lestari” 2004. Pernah juga dilakukan oleh Nanik Eka Rahmawati dalam skripsinya berjudul “Diksi dalam Novel Larung karya Ayu Utami : Kajian Stilistika” 2004. Dan oleh Sirtu Fillaili dalam skripsi “Lagu Permainan rakyat Madura” 2007.

2. Kerangka Teori

Karya sastra yang dibahas dalam penelitian ini adalah lirik lagu dengan fokus gaya bahasa dengan menggunakan teori stilistika. Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2003:678). Lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan (Ensiklopedia Indonesia dalam Fillaili).

Jika dalam bahasa lisan nada tampak dalam intonasi, dalam bahasa tulis nada merupakan kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan dan juga merupakan sikap pengarang terhadap pembaca. Nada sangat bergantung pada gaya (Najid, 2003:27).

Gaya bahasa yang dimaksud adalah gaya bahasa yang mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas citraan, pola rima, matra yang digunakan sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra. Jadi majas merupakan bagian dari gaya bahasa (Sudjiman dalam Fillaili, 2007:14).

Gaya bahasa sebagai gejala penggunaan sistem tanda , dapat dipahami bahwa gaya bahasa pada dasarnya memiliki sejumlah matra hubungan. Matra hubungan tersebut dapat dikaitkan dengan dunia proses kreatif pengarang, dunia luar yang dijadikan obyek dan bahan penciptaan, fakta yang terkait dengan aspek internal kebahasaan itu sendiri, dan dunia penafsiran penanggapnya (Aminuddin, 1995:54).

Sesuai dengan pengertian stilistika sebagai studi tentang cara pengarang dalam menggunakan sistem tanda sejalan dengan gagasan yang ingin disampaikan, dari kompleksitas dan kekayaan unsur pembentuk karya sastra itu yang dijadikan sasaran kajian hanya pada wujud penggunaan sistem tandanya (Aminuddin, 1995:46).

Teori stilistika berkaitan gaya yang meliputi konsep-konsep tentang pilihan leksikal seperti pengunaan bahasa daerah, bahasa asing, mengenai ungkapan dan majas (Nurgiyantoro dalam Sarjiyanto, 2004:8).

Hubungan antara lirik lagu dengan teori stilistika sangat erat maksudnya stilistika sebagai studi menggunakan sistem tanda (di dalamnya gaya bahasa merupakan gejala penggunaan sistem tanda tersebut) berpusat pada fakta yang terkait dengan aspek internal kebahasaan itu sendiri (pemakaian bahasa yang dilihat dalam lirik lagu yang tertuang melalui bahasa tulis nada).

Konsep teori yang secara spesifik digunakan dalam melakukan penelitian ini terangkum dalam gaya bahasanya. Gaya bahasa yang digunakan dalam menganalisis lirik lagu Ungu adalah :

1) Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau sesuatu yang tidak bernyawa memiliki sifat kemanusiaan.

2) Hiperbola adalah menyatakan sesuatu secara melebih-lebihkan.

3) Asonansi adalah pengulangan bunyi vokal yang sama.

4) Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan yang sama.

5) Repetisi adalah kata yang digunakan diulang beberapa kali secara berturut-turut.

6) Pleonasme adalah acuan memakai kata-kata yang lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan.

7) Simploke adalah pengulangan yang sama pada awal dan akhir kalimat.

8) Inversi adalah susunan yang dapat dibalik atau dipermutasikan.

9) Klimaks adalah gaya bahasa yang urutannya semakin meningkat dari gagasan sebelumnya.

10) Antitesis adalah gaya bahasa yang mengandung gagasan bertentangan dengan menggunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan.

11) Sinekdok pars pro toto adalah gaya bahasa yang dinyatakan oleh seluruh bagian tetapi sebenarnya mewakili satu maksud (Asyhar, 2004:5).

C. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis lirik lagu-lagu Ungu adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2001:63). Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Kutha ratna, 2004:53).

Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang terpenting sebab pendekatan apapun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu sendiri (Kutha Ratna, 2007:73). Dalam pendekatan obektif harus dicari dalam karya sastra seperti citra bahasa, stilistika, dan aspek-aspek lain yang berfungsi untuk menimbulkan kualitas estetis (Kutha Ratna, 2007:74). Pendekatan objektif memandang karya sastra sebagai dunia otonom yang dapat dilepaskan dari pencipta dan lingkungan sosial-budaya zamannya, sehingga karya sastra dapat dianalisis berdasarkan strukturnya (Sudikan, 2001:6).

Asumsi yang disusun sebagai dasar pemilihan pendekatan adalah :

1. Karya sastra adalah gejala sistem tanda yang secara potensial mengandung gambaran obyek, gagasan, pesan, dan nilai ideologis

2. Karya sastra adalah gejala komunikasi puitik yang secara imajinatif dapat mengandaikan adanya penutur, tanda yang dapat ditransformasikan ke dalam kode kebahasaan, dan penanggap

3. Dalam kesadaran batin penanggap karya sastra dapat menggambarkan unsur-unsur yang ada dalam tingkatan dan hubungan tertentu secara sistematis

4. Unsur-unsur dalam karya sastra secara konkret terwujud dalam bentuk penggunaan sistem tanda sesuai dengan cara yang ditempuh pengarang dalam menyampaikan gagasannya

5. Cara yang digunakan dalam memaparkan gagasannya dapat ditentukan berdasarkan deskripsi ciri pemaparan sistem tandanya (Aminuddin, 1995:48).

Asumsi itu bersifat substantif, dalam arti hanya memiliki hubungan dengan substansi fakta yang akan digarap. Asumsi ini diperankan sebagai landasan dalam menyusun sistematika konsep dan prosedur pemaknaan aspek gaya dalam teks sastra. (Aminuddin, 1995:49).

Kajian sastra yang memusatkan perhatiannya pada unsur dan hubungan antarunsur dalam work atau dalam karya sastra secara internal adalah kajian yang bertolak dari pendekatan obyektif sedangkan pendekatan lainnya seperti pendekatan mimetik, pragmatik, dan ekspresif adalah kajian secara ekstrinsik. Dihubungkan dengan terdapatnya pendekatan ekspresif, mimetik, obyektif, dan pragmatik, kajian stilistik merupakan bentuk kajian yang menggunakan pendekatan obyektif (Aminuddin, 1995:52). Jadi pendekatan obyektif sesuai dalam penelitian ini karena merupakan kajian stilistik dan memusatkan pada unsur internal (dalam hal ini adalah gaya bahasanya).

Dengan demikian pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur yang dikenal dengan analisis intrinsik dan mengabaikan segala unsur ekstrinsik. Tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala yang ditemukan berdasarkan fakta-fakta untuk memberikan penafsiran dan analisis serta interpretasi tentang data itu. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak yang lain.

D. PEMBAHASAN ANALISIS DATA

Hasil penelitian mengenai lirik lagu-lagu Ungu dilakukan melalui pendekatan objektif dengan mendeskripsikan fakta berupa lirik dan menganalisis gaya bahasanya.

1. Mendeskripsikan fakta pada lirik lagu “Melayang” :

Disini dibatas rindu mencoba menegarkan langkahku

Mencari rasa yang hilang bersamamu

Dan ku beranikan diri berlari mengejar bayanganmu

Yang datang menghantui disetiap malamku

Terhempas tubuhku ingin memeluk tubuhmu

Terjerat mimpi-mimpi yang memasung langkahku

Kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap

Ku berharap ku akan temukan dirimu untuk ...

Ku terbang melayang menyusuri ruang cinta

Ku berharap ku akan temukan dirimu untuk ...

Analisis gaya bahasanya :

Gaya bahasa asonansi terdapat pada baris 1—6 dengan ditandai “u” karena ada pengulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris. Gaya bahasa hiperbola terdapat pada baris ke-5 “terhempas tubuhku ingin memeluk tubuhmu” yang menyatakan sesuatu secara berlebihan. Gaya bahasa personifikasi terdapat pada baris ke-6 “terjerat mimpi-mimpi” karena mimpi adalah sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yaitu terjerat. Gaya bahasa simploke terdapat pada baris ke-8 dan 10 “ku berharap ... untuk” karena terjadi pengulangan kata yang sama pada awal dan akhir baris. Gaya bahasa repetisi terdapat pada baris ke-5 “tubuh” dan kata “ku terbang” pada baris ke-7 dan 9 karena kata ini diulang beberapa kali yaitu 2x secara berturut-turut. Gaya bahasa pleonasme terdapat pada ‘terbang melayang” pada baris ke-7 dan 9 karena memakai kata-kata yang lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran yaitu terbang saja tanpa melayang karena kemiripan arti.

2. Mendeskripsikan fakta pada lirik lagu “Berikan Aku Cinta” :

Bermandikan air surga membasuh jiwa

Menghempaskan seluruh dahaga

Berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu

Berikan aku kasih putih yang tulus darimu

Peluklah diriku kasih terbangkan aku melayang bersamamu

Analisis gaya bahasanya :

Gaya bahasa personifikasi terdapat pada baris 1 “membasuh jiwa” karena jiwa adalah sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yaitu membasuh. Gaya bahasa personifikasi juga terdapat pada baris ke-2 “menghempaskan ... dahaga” karena dahaga adalah sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yaitu menghempaskan. Gaya bahasa aliterasi terdapat pada baris ke-3 dan 4 dengan ditandai “B” karena ada pengulangan bunyi konsonan yang sama pada awal bait. Gaya bahasa repetisi terdapat pada baris ke-3 dan 4 pada “berikan” karena kata ini diulang beberapa kali yaitu 2x secara berturut-turut. Gaya bahasa asonansi terdapat pada baris ke-3 dan 4 dengan ditandai “u” karena ada pengulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris. Gaya bahasa pleonasme terdapat pada baris ke-5 “terbang ... melayang” karena memakai kata-kata yang lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran yaitu terbang saja tanpa melayang karena kemiripan arti.

3. Mendeskripsikan fakta pada lirik lagu “Tercipta Untukku” :

Menatap indahnya senyuman diwajahmu

Membuatku terdiam dan terpaku

Mengerti akan hadirnya cinta terindah

Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan kepada dirimu

Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku

Disetiap langkah yang meyakiniku kau tercipta untukku sepanjang hidupku

Meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku

Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu

Yang mencintaimu sepanjang hidupku

Analisis gaya bahasanya :

Gaya bahasa inversi terdapat pada baris 1 “indahnya senyuman” karena susunannya terbalik yang dalam tata bahasa Indonesia mengenal hukum DM (Diterangkan Menerangkan) yang seharusnya senyuman indahnya. Gaya bahasa sinekdok pars pro toto terdapat pada baris 1 “senyuman diwajahmu karena semua bagian untuk 1 bagian maksudnya semua bagian wajah mewakili 1 bagian yaitu bibir. Gaya bahasa klimaks terdapat pada baris ke-2 “terdiam ... terpaku” karena urutannya semakin meningkat dari gagasan sebelumnya. Gaya bahasa personifikasi terdapat pada baris ke-3 “hadir ... cinta” cinta adalah sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yaitu hadir. Gaya bahasa personifikasi juga terdapat pada baris ke-6 “langkah ... meyakini” karena langkah adalah kegiatan yang dilakukan oleh salah bagian dari organ manusia yaitu kaki yang diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yaitu meyakini. Gaya bahasa personifikasi lainnya terdapat pada baris ke-7 “waktu ... memanggil” karena waktu adalah sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yaitu memanggil. Gaya bahasa antitesis terdapat pada baris ke-4 “banyak kata ... tak” karena mengandung gagasan dengan kelompok kata yang bertentangan. Gaya bahasa repetisi terdapat pada baris ke-5 “ aku ...aku” karena kata ini diulang beberapa kali yaitu 2x secara berurutan. Gaya bahasa asonansi terdapat pada baris ke-5—9 dengan ditandai “u” karena ada pengulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris.

4. Mendeskripsikan fakta pada lirik lagu “Kekasih Gelapku” :

Ku mencintaimu lebih dari apapun

Meskipun tiada satu orang pun yang tahu

Ku mencintaimu sedalam-dalam hatiku

Meskipun engkau hanya kekasih gelapku

Ku tahu ku takkan selalu ada untukku

Di saat engkau merindukan diriku

Ku tahu ku takkan bisa memberikanmu waktu

Yang panjang dalam hidupku

Yakinlah bahwa engkau adalah cintaku

Yang ku cari selama ini dalam hidupku

Dan hanya padamu ku berikan sisa cintaku

Yang panjang dalam hidupku

Analisis gaya bahasanya :

Gaya bahasa hiperbola terdapat pada baris 1 “ku mencintaimu lebih dari apapun” dan baris ke-3 “ku mencintaimu sedalam-dalam hatiku” karena menyatakan sesuatu secara berlebihan. Gaya bahasa antitesis terdapat pada baris ke-2 ‘tiada satu orang” karena mengandung gagasan dengan kelompok kata yang bertentangan. Gaya bahasa repetisi terdapat pada baris ke-1 dan 3 “ku mencintaimu” dan baris ke-2 dan 4 “meskipun” dan baris ke-5 dan 7 “ku tahu” karena kata ini diulang beberapa kali yaitu 2x secara berurutan. Gaya bahasa repetisi juga terdapat pada baris ke-8 dan 12 “yang panjang dalam hidupku” dan baris ke-9 dan 11 “cintaku” karena kata ini diulang beberapa kali yaitu 2x secara berurutan. Gaya bahasa asonansi terdapat pada baris 5—8 dengan ditandai “u” karena ada pengulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris. Gaya bahasa simplike terdapat pada baris ke-8 dan 12 “yang panjang ... hidupku” karena terjadi pengulangan kata yang sama pada awal dan akhir baris tersebut.

5. Mendeskripsikan fakta pada lirik lagu “Saat Indah Bersama” :

Terbuai nafas cinta yang kau hembuskan

Sampai mati pun ku takkan bisa melupakanmu

Dan bila waktu akan buktikan janji itu

Harus ku akui aku sayang kamu aku cinta kamu

Oh hanya pada dirimu

Ku ingin kau mampu terima hatiku terima akan cintaku

Satu rasa yang haus menyentuh bayangmu

Analisis gaya bahasanya :

Gaya bahasa personifikasi terdapat pada baris 1 “nafas cinta” karena cinta adalah sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yaitu nafas/bernafas. Gaya bahasa personifikasi juga terdapat pada baris ke-3 “waktu ... buktikan janji” karena waktu adalah sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yaitu buktikan janji. Gaya bahasa personifikasi lainnya terdapat pada baris ke-7 “rasa ... haus” karena rasa adalah sesuatu yang tidak bernyawa tetapi diibaratkan memiliki sifat kemanusiaan yaitu haus. Gaya bahasa hiperbola terdapat pada baris ke-2 “sampai mati pun ku takkan bisa melupakanmu” karena manyatakan sesuatu secara berlebihan. Gaya bahasa repetisi terdapat pada baris ke-4 “aku ... kamu” dan baris ke-6 “terima” karena kata ini diulang beberapa kali yaitu 2x secara berurutan. gaya bahasa pleonasme terdapat pada baris ke-4 “aku sayang kamu aku cinta kamu” dan baris ke-6 “terima hatiku terima ... cintaku” karena memakai kata-kata yang lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran yang mirip artinya yaitu aku sayang kamu mirip dengan aku cinta kamu dan terima hatiku mirip dengan terima cintaku. Gaya bahasa asonansi terdapat pada baris ke-4—6 dengan ditandai “u” karena ada pengulangan bunyi vokal yang sama pada akhir tiap baris.

E. SIMPULAN

Dari hasil penelitian lirik lagu-lagu Ungu dapat disimpulkan bahwa lirik lagu Ungu tidak hanya didominasi oleh gaya bahasa personifikasi dan hiperbola tetapi juga asonansi, aliterasi, repetisi, pleonasme, simploke, inversi, klimaks, antitesis, dan sinekdok pars pro toto.

F. DAFTAR PUSTAKA

Aminudddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang : IKIP Semarang Press.

Asyhar, Choirul. 2007. Skripsi “Gaya Bahasa dan Fungsi Bahasa dalam Lagu Permainan Anak di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Fauzi, Achmat. 2006. Skripsi “Analisis Wacana Kumpulan Lirik Lagu Nasyid Taqwa karya Hawari (Tinjauan Aspek Gramatikal)”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.

Fillaili, Sirtu. 2007. Skripsi “Lagu Permainan Rakyat Madura”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.

Kutha Ratna, Prof. Dr. Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Malesi, Yessi. 2004. Skripsi “Analisis Stilistika Novel Supernova 1 : Ksatria Putri dan Bintang Jatuh karya Dewi Lestari”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.

Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya : University Press dengan Kreasi Media Promo.

Nawawi, Prof. DR. H. Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Nugraheni, Elisa. 2004. Skripsi “Diksi dan Gaya Bahasa lirik lagu Ebiet. G. Ade”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.

Rahayu. 2005. Skripsi “Register Reporter Sepak Bola Liga Bank Mandiri Tabloid Soccer Edisi Agustus-September”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.

Rahmawati, Nanik Eka. 2004. Skripsi “Diksi dalam Novel Larung karya Ayu Utami : Kajian Stilistika”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.

Sarjiyanto, Agus. 2004. Skripsi “Analisis Stilistika Kumpulan Cerpen Lebaran di Karet, di Karet karya Umar Kayam”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.

Sowikromo, Vinna Reindah. 2007. Skripsi “Gaya Bahasa dalam Puisi Lery Hermann Hesse”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.

Sudikan, Dr. Setya yuwana. 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya : Citra Wacana.

Yusuf, Diana. 2005. Skripsi “Diksi dan Gaya Bahasa dalam Antologi Geguritan Medhitasi Alang-alang karya Widodo Basuki (Kajian Stilistika)”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.

9 komentar:

  1. Bolehkan tulisan ini saya jadikan referensi untuk skripsi saya, kebetulan kajiannyua sama. makasih.

    BalasHapus
  2. keren dari gaya bahasa kamu!
    sukses aja ..... ya untuk ermi

    manto_malang_budut_ikip

    BalasHapus
  3. mbak,saya ijin ngutip ttg lirik ya (untuk skripsi saya),,nanti nama mbak saya cantum kan^_^ thx

    BalasHapus
  4. mbk izin ngutip sdkit ya

    BalasHapus
  5. izin ngutip yy N thanks..,

    BalasHapus
  6. izin ngutip ya buat referensi...mkasih...^_^

    BalasHapus